It’s My Life


Ketika tak Ada lagi Ruang Bebas Iklan Rokok
Maret 9, 2009, 7:40 pm
Filed under: Kesehatan, Umum

“DI Gianyar, tim pendukung kesebelasan sepak bola rata-rata siswa SD dan SMP. Mereka menganggap, rokok adalah hal yang biasa. Saya mengenal rokok sejak duduk di bangku SD karena ada warung yang menjajakan rokok di dekat sekolah. Kalau saya mengingatkan teman agar tidak merokok, mereka menjawab, ya lihat saja, siapa yang lebih dulu mati: kami yang merokok atau kamu yang tidak merokok. Saya tak tahu, pada siapa saya menyampaikan hal itu. Pada guru? Ternyata guru saya merokok juga,” kisah Ida Bagus Mandala dari Forum Anak Daerah Bali.

Mandala resah. Jika rokok itu membahayakan, kenyataannya, rokok dianggap sebagai sesuatu yang wajar bagi masyarakat. Menurut laporan WHO tentang Epidemi Tembakau Global tahun 2008, pada abad ke-21, tembakau diperkirakan membunuh 1 miliar jiwa. Soewarta Kosen dalam Economic Analysis on Tobacco Use tahun 2004 menyebutkan, di Indonesia, tembakau membunuh 427.948 perokok pada tahun 2001 atau 1.172 orang tiap hari. Meski begitu, menurut Lisda Sundari, Office Manager Komisi Nasional Perlindungan Anak, pemerintah dan produsen rokok bahkan berkomitmen untuk memproduksi 240 miliar batang rokok hingga tahun 2025. Anak-anak dan remaja pun menjadi target pemasaran rokok mereka.

Dina Kania dari Komisi Nasional Perlindungan Anak dalam paparannya pada workshop “Larangan Iklan, Promosi dan Sponsor Rokok sebagai Upaya Perlindungan Anak Menjadi Perokok” yang dihelat Lembaga Perlindungan Anak Bali bekerja sama dengan Aliansi Total Ban dan Komisi Nasional Perlindungan Anak di Denpasar mengungkapkan, laporan peneliti Myron E. Johnson ke Wakil Presiden Riset dan Pengembangan Phillip Morris menyebutkan, “Remaja hari ini adalah calon pelanggan tetap hari esok karena mayoritas perokok memulai merokok ketika remaja.” Selain itu, ia juga mengutip memo internal perusahaan rokok R.J. Reynolds Tobacco, 29 Februari 1984 tentang Perokok Remaja: Strategi dan Peluang, “Perokok remaja telah menjadi faktor penting dalam perkembangan setiap industri rokok dalam 50 tahun terakhir. Perokok remaja adalah satu-satunya sumber perokok pengganti. Jika para remaja tidak merokok maka industri akan bangkrut sebagaimana sebuah masyarakat yang tidak melahirkan generasi penerus akan punah.”

“Remaja dijadikan target industri rokok terkait regenerasi, loyalitas, dan durasi,” ungkap Fuad Baradja, Kepala Bidang Penyuluhan dan Pendidikan Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM-3) Jakarta. Remaja memiliki kecenderungan loyal terhadap merek rokok yang pertama kali dicoba. “Dengan menggaet remaja, durasi merokok pun kian panjang. Jika diasumsikan umur seseorang hingga 65 tahun dan memulai merokok pada usia 15 tahun, maka durasinya lebih panjang dibandingkan menyasar usia yang lebih tua,” katanya.

Inisiasi Makin Dini

Sejalan dengan hal tersebut, menurut Global Youth Tobacco Survey 2004, prevalensi perokok anak usia 13-15 tahun, laki-laki 24,5% dan perempuan 2,3% dari total populasi Indonesia. Sementara itu tren usia inisiasi merokok menjadi makin dini, yakni usia 5-9 tahun. Perokok yang mulai merokok pada usia 5-9 tahun mengalami lonjakan yang paling signifikan, dari 0,4% pada tahun 2001 menjadi 1,8% pada tahun 2004 (Susenas 2004 ). “Meningkatnya prevalensi merokok pada anak sebanding dengan makin masifnya iklan dan promosi yang dilakukan oleh industri rokok terhadap anak-anak dan remaja,” ujar Hery Chariansyah, staf Komisi Nasional Perlindungan Anak yang juga Koordinator Aliansi Total Ban. Laju pertumbuhan perokok remaja di Indonesia pun tercepat di dunia.

Menurut Aries Merdeka Sirait, Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Perlindungan Anak, tidak ada lagi ruang yang bebas dari iklan rokok. Hasil penelitian yang dilakukan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka terhadap 353 murid SMP dan SMA di Jakarta menyebutkan, 99,7% remaja melihat iklan rokok di televisi; 86,7% remaja melihat iklan rokok di media luar ruang; 76,2% remaja melihat iklan rokok di koran dan majalah dan 81% remaja pernah mengikuti kegiatan yang disponsori rokok. Dalam evaluasi pengawasan iklan rokok tahun 2006, Badan POM mencatat, ada 14.249 iklan rokok tersebar di media elektronik, luar ruang dan media cetak. Sementara itu, Komnas Perlindungan Anak mencatat ada 1.350 kegiatan yang disponsori industri rokok pada Januari-Oktober 2007 dan terbesar adalah kegiatan olah raga dan musik. “Seperti yang tercantum dalam dokumen internal perusahaan rokok Kent No. 5000010132 disebutkan musik memiliki pesona universal dan berpengaruh kuat untuk membidik target pasar remaja,” kata Dina. Itu sebabnya, industri rokok “sangat baik hati” dan kerap menjadi sponsor konser musik.

“Industri rokok menggiring anak-anak menjadi perokok pemula melalui iklan, promosi dan sponsorship rokok. Bahasa yang digunakan bahasa remaja, model yang ditampilkan pun remaja. Kita bahkan menganggap iklan rokok yang menggambarkan orang berkemah di bandara sebagai sesuatu yang lucu,” papar Aries. “Citra perokok dalam iklan sangat bagus seperti keren, macho, petualang, kuat, dsb. Akibatnya, remaja kian tertarik menjadi perokok,” imbuh Fuad Baradja. Hasil penelitian yang dilakukan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, 50% remaja perokok merasa dirinya lebih percaya diri seperti yang dicitrakan iklan rokok dan 37% remaja perokok merasa dirinya keren seperti yang dicitrakan iklan rokok. Selain itu, 46,3% remaja berpendapat iklan rokok memiliki pengaruh yang besar untuk memulai merokok dan 41,5% remaja berpendapat keterlibatan dalam kegiatan yang disponsori industri rokok memiliki pengaruh untuk mulai merokok. 9% remaja perokok menyalakan rokoknya ketika melihat iklan rokok pada saat tidak merokok dan 8% remaja perokok menyatakan mereka kembali merokok setelah berhenti merokok karena mengikuti kegiatan yang disponsori industri rokok.

Termasuk Narkoba

Ironisnya, di seluruh dunia, iklan rokok hanya ada di Indonesia dan Zimbabwe. Pasalnya, rokok berbeda dengan produk legal lainnya karena mengandung 4.000 bahan kimia yang berdampak buruk bagi kesehatan dan menyebabkan kematian. Rokok seharusnya diperlakukan sama seperti produk-produk berbahaya yang legal untuk dijual seperti alkohol dan pharmaceuticals, yang tidak diizinkan untuk diiklankan.

“Rokok mengandung nikotin yang merupakan obat psikoaktif. Satu isapan dalam 10 detik, kadar nikotin sampai ke otak dan menginduksi dopamine yang mengatur kesenangan dan kecanduan,” ujar dr. Putu siadi Purniti, Sp.A. dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Unud/RS Sanglah.

“Rokok itu adiktif, mereka sulit berhenti. Orang yang kecanduan rokok bisa “sakaw” sampai dua bulan. Pecandu rokok jika sakit kepala tengah malam akan memilih menahan sakit kepalanya. Tetapi, kalau kehabisan rokok, meskipun pukul 02.00 dan warung yang menjual rokok jaraknya 1-2 km, tetap dicari. Itu sebabnya ada istilah, lebih baik aku mati daripada tidak merokok,” ujar Aries. Merokok juga meningkatkan risiko penyakit batuk, infeksi saluran pernapasan atas, asma, sinusitis, penyakit kardiovaskular, kanker, dan mengganggu fertilitas. Prestasi belajar anak yang merokok pasti menurun karena daya tangkapnya melemah akibat zat adiktif yang terkandung dalam rokok. “Di luar negeri, karena merupakan zat adiktif rokok termasuk narkoba,” kata Fuad Baradja.

Hak hidup anak-anak terancam akibat industri rokok yang menggunakan iklan, promosi dan memberikan sponsor rokok karena terbukti, iklan dan promosi meningkatkan konsumsi tembakau. “Itu yang membuat kami langsung bereaksi karena kalau dibiarkan hak hidup anak ini akan bisa terhambat,” kata Aries. Harapannya, pemerintah menetapkan larangan iklan, promosi, dan sponsorship rokok secara menyeluruh seperti yang tertuang dalam Framework Convension on Tobacco Control.

“Anak-anak kita itu akan meninggal secara definitif. Artinya, dia hidup dalam kondisi kesehatan yang tidak baik. Kalau hal itu dibiarkan, bangsa ini terancam kehilangan generasi penerus. Apakah itu yang kita inginkan?” kata Aries lagi. – rat


2 Komentar so far
Tinggalkan komentar

Seve the children from smoke.

Komentar oleh BAE

Save the children from smoke.

Komentar oleh BAE




Tinggalkan Balasan ke BAE Batalkan balasan